Membangun Karakter
Guru SD melalui Budaya ICT
Perubahan
kadang bisa merubah budaya yang ada, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika
kita telaah biasanya perubahan ke
arah yang positif seakan berat dirasakan apalagi untuk merubah kondisi yang ada
sebelumnya, sebaliknya perubahan
ke arah yang negatif kadang tak terasa dan dengan mudah cepat merubah kondisi
yang ada menjadi lebih parah.
Inilah yang kadang menjadi penyakit bagi kemajuan suatu bangsa, golongan dan
bahkan individu tertentu. Jika ini
dibiarkan maka akan tercipta suatu budaya yang memang demikian, sehingga bangsa
ini dalam berbagai bidang
pembangunan akan sulit untuk berhasil terlebih dalam bidang pendidikan yang
terus dituntut untuk selalu mampu
memberikan layanan bagi generasi bangsa ini secara inovatif.
Namun
demikian kita yakin bahwa secara jujur kegagalan dan ketertinggalan yang
sekarang kita alami diasumsikan karena
adanya indikasi bahwa budaya kegagalan yang seharusnya hanya sebagai guyonan di
atas justru masih kita menganutnya
dan tumbuh secara mendarah daging pada diri kita. Untuk mengikisnya atau
menggeser budaya tersebut memang
akan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Namun kita yakin dengan bergulirnya
waktu tentunya semua pihak terus
bergerak mencari solusi pemecahan agar budaya yang tumbuh adalah budaya yang
justru kita inginkan bersama.
Inilah yang selama ini telah dilakukan dalam proses pembangunan di bidang
pendidikan. Dalam prakteknya ini merupakan
tanggung jawab bersama baik secara kelompok bahkan institusi, mulai dari level
atau jenjang paling bawah hingga
level pengambil kebijakan.
Sebagaimana
yang telah dicoba oleh Dirjen PMPTK (Penjamin Mutu Tenaga Pendidik dan
Kependidikan) yang telah bekerjasama
dengan Seamolec sebagai fasilitator terbentuknya konsorsium pertama yang
beranggotakan 10 universitas di
Indonesia, termasuk di alamnya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Hingga sekarang usia konsorsium pelaksana
penyelenggaraan program sertifikasi dan peningkatan kualitas lulusan tenaga
pendidik di level pendidikan dasar
ini sudah berusia 2 tahun. Program layanan sertifikasi dan peningkatan
kualifikasi tenaga pendidikan untuk level
pendidikan dasar yang telah dilakukan oleh UPI yaitu dalam bentuk
layanan perkuliahan melalui adopsi sistem dan teknologi pembelajaran jarak jauh yang dikenal dengan PJJ
online. Karena yang menjadi saran adalah guru-guru SD di Kab/Kota yang belum S1 maka program ini biasa disebut dengan
Program PJJ Online PGSD S1.
Hingga
sekarang jumlah mahasiswa program ini telah mencapai 300 orang yang terbagi ke
dalam dua angkatan yaitu anggkatan
2006/07 dan 2007/08. Jumlah mahasiswa ini tersebar dalam 8 Kab/Kota yaitu: Kab
Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab.
Ciamis, Kab. Sumedang, Kab. Bandung, Kota Bandung, Kab. Cianjur dan Kab.
Sukabumi. Pada usia yang ke-2 tahun
ini maka maka setidaknya sudah pantas untuk dievaluasi secara internal maupun
eksternal. Tegasnya bahwa sebelum
dievaluasi oleh orang lain maka sudah selayaknya kita terlebih dulu
mengevaluasi diri sendiri.
Sudahkan
UPI sebagai anggota konsorsium yang memiliki tugas sebagai pelaksana atau
penyelenggara sistem pembinaan dan
perkuliahan bagi para pendidik di daerah telah berhasil mewujudkan budaya
perubahan ke arah yang positif
secara lebih cepat atau perubahan tersebut memang masih belum terwujud. Secara
kelembagaan tentunya UPI yang
didukung SDM dengan kompetensi yang memadai tidak ingin hal ini menjadi suatu
kegagalan ditengah jalan. Namun
untuk mewujudkan keberhasilan ini perlu dukungan kebersamaan dan kesadaran
semua pihak khususnya
individu guru-guru sekolah dasar itu sendiri yang menjadi mahasiswanya.
Oleh : Nanang Hidayat, S.Pd.I.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar