Jumat, 17 Juni 2011

Kewibawaan Guru


Artikel Pendidikan “Guru Menulis”

KEWIBAWAAN SEORANG GURU

oleh : Nanang Heryanto, S.Pd.I

Dalam sebuah sistem pendidikan terdapat dua unsur utama pelaksana pendidikan, yaitu adanya orang yang mendidik dan orang yang dididik. Untuk melakukan proses pendidikan itu sendiri, sang pendidik memerlukan kecakapan khusus agar mampu mendidik anak dengan baik. Dalam dunia pendidikan, kita kenal istilah paedagogik. Secara umum, paedagogik merupakan ilmu pendidikan kepada anak-anak. Secara umum terminologi pedagogik dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, serta apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Berdasarkan definisi tersebut, maka sudah selayaknya guru mampu menjalankan fungsinya sebagai seorang pendidik yang tidak hanya mentransfer pengetahuan dan konsep-konsep kepada anak didik, melainkan harus pula memerhatikan aspek pendidikan yang lebih cenderung bersifat afektif dan berorientasi pada sisi moral dan etika anak didik.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang pendidik, guru memerlukan beberapa faktor yang menunjang terwujudnya proses pendidikan yang optimal. Salah satu aspek yang harus ada pada diri seorang guru adalah adanya kewibawaan. Sadulloh (2007:106) menyatakan bahwa kewibawaan merupakan salah satu ciri seorang pendidik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap pendidik hendaknya memiliki kewibawaan dalam melaksanakan tugasnya.
Pada kenyataan yang berkembang di lapangan, saat ini terindikasi adanya degradasi moral anak didik, khususnya mengenai rasa hormat (respek) anak didik terhadap pendidik yang cenderung menurun. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena tanpa adanya rasa hormat, tujuan pendidikan yang ditargetkan akan sulit dicapai. Salah satu faktor penyebab menurunnya rasa hormat anak didik terhadap guru adalah kurang wibawanya seorang guru dalam pandangan anak didik. Selain itu, tidak dipungkiri bahwa sebagian kecil guru hanya berfokus pada pencapaian angka ketuntasan kurikulum dan cenderung mengesampingkan aspek mendidik yang bersifat moral dan etika. Oleh karena itulah, para guru diharapkan memiliki kewibawaan di depan anak didik, sehingga respek anak didik terhadap guru dapat kembali ditingkatkan.

A.       Definisi Kewibawaan
Kewibawaan (gezag) berasal dari kata zeggen yang memiliki arti “berkata” ( Purwanto, 1995:48). Dalam hal ini dapat diambil pengertian secara umum bahwa kewibawaan adalah kondisi di mana perkataan seseorang mempunyai kekuatan yang mengikat pada orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti apa yang dikatakannya. Kewibawaan hanya dimiliki oleh orang yang sudah dewasa, karena orang dewasa khususnya orang tua memiliki misi khusus dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Pengertian orang tua dalam pendidikan dapat diartikan sebagai orang tua kandung maupun guru di sekolah sebagai pendidik anak yang kedua setelah orang tua di rumah.
Kewibawaan merupakan ciri utama seorang pendidik. Dengan adanya kewibawaan dalam diri seorang pendidik, akan mengakibatkan adanya sikap menerima, mengakui, dan menuruti pada pihak anak didik. Kewibawaan akan muncul jika kemampuan sang pendidik berada di atas anak didik, misalnya kemampuan dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlihatkan. Jika kemampuan pendidik dengan anak didik berada pada taraf yang sama, maka kewibawaan seorang pendidik akan sulit muncul. Moh. Surya (2004:103) mendefinisikan kewibawaan sebagai suatu “kualitas daya pribadi” pada diri seseorang individu yang sedemikian rupa membuat pihak lain menjadi tertarik, bersikap mempercayai, menghormati, dan menghargai secara intrinsik (sadar dan ikhlas), sehingga secara intrinsik pula akan mengikutinya.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi kewibawaan dalam pendidikan, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kewibawaan dalam pendidikan pada dasarnya adalah adanya kekuatan dalam perkataan maupun perbuatan seorang guru yang dapat menumbuhkan rasa sadar dari siswa untuk mengikuti dan menuruti apa yang diperintahkan dan dicontohkan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru tidak bisa melahirkan kewibawaan hanya dengan perkataan, melainkan perlu diimbangi dengan perbuatan.
B.       Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan dalam pendidikan memiliki fungsi utama untuk membawa anak didik ke arah pertumbuhan yang diinginkan. Guru sebaiknya mampu membedakan antara rasa patuh dengan rasa takut pada anak didik. Kepatuhan merupakan suatu bentuk respon yang dilandasi dengan kesadaran penuh dan bukan didasari oleh ketakutan terhadap guru. Adanya kewibawaan seorang guru dapat membuat suasana belajar yang fleksibel dan tidak ada unsur paksaan bagi anak didik.
Proses pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif jika pendidik tidak memiliki kewibawaan di hadapan anak didiknya. Oleh karena itu, sebaiknya guru berusaha semaksimal mungkin menunjukkan kewibawaannya di depan anak didik dengan cara menguasai keterampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi daripada anak didiknya. Dan yang tidak kalah pentingnya, guru harus berusaha menampilkan sikap yang layak untuk diteladani oleh anak didiknya. Dengan adanya kewibawaan dalam diri seorang guru, murid akan mendengarkan apa yang dikatakannya dan menirukan apa yang dilakukannya. Jika hal tersebut dapat tercapai, maka proses pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik.
Jika dalam mendidik guru tidak memiliki kewibawaan, maka akan muncul hilangnya rasa hormat dan perhatian dari anak didik. Tanpa adanya rasa hormat dan perhatian dari anak didik, akan sangat susah proses mendidik dilakukan oleh seorang guru terhadap anak didiknya. Hal ini terlihat dari gagalnya beberapa guru yang kurang berwibawa di depan anak didiknya dalam menanamkan pengetahuan maupun nilai-nilai sikap kepada para siswa.
Dengan demikian, fungsi kewibawaan dalam sebuah proses pendidikan sangat penting, yaitu untuk mencapi tujuan utama pendidikan agar anak didik mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Dan tugas seorang guru untuk membimbing dan mengarahkan anak didik agar menjadi manusia yang memiliki kedewasaan dalam berkata dan bertindak.

C.       Upaya Meningkatkan Kewibawaan Pendidik
Kewibawaan akan muncul jika pendidik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik daripada anak didiknya. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan kewibawaannya, misalnya dengan cara memiliki keunggulan, percaya diri, ketepatan dalam pengambilan keputusan, dan tanggung jawab yang tinggi.
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kewibawaan pada seorang pendidik adalah dengan memiliki keunggulan. Dalam hal ini, keunggulan yang dimaksudkan adalah keunggulan kemampuan, keterampilan, dan sikap seorang pendidik. Keunggulan guru ini dapat diperoleh dengan cara selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri melalui berbagai cara, misalnya dengan mengikuti perkembangan dunia pendidikan agar apa yang disampaikan kepada anak didik selalu terlihat baru dan menarik bagi anak didik. Selain itu, sikap seorang pendidik juga harus diperhatikan dengan baik. Seorang pendidik sudah seharusnya untuk bersikap jauh lebih baik dari anak didiknya dan harus memberikan contoh sikap yang baik pada anak didik. Dalam hal ini, perlu diperhatikan pula gaya (style) guru dalam berpakaian. Pakaian guru akan mempengaruhi cara pandang siswa terhadap guru tersebut.
Hal kedua yang dapat diambil untuk meningkatkan kewibawaan adalah dengan memiliki kepercayaan diri (confident) yang tinggi. Dengan adanya percaya diri yang kuat, pendidik akan terlihat meyakinkan di depan anak didik dan anak didik pun akan termotivasi untuk mendengarkan dan mengikuti apa yang dikatakan dan diperbuat oleh gurunya. Kepercayaan diri ini hanya akan muncul jika pendidik di sekolah benar-benar menguasai ilmu paedagogik yang mengajarkan cara mendidik anak-anak. Oleh karena itulah, profesi guru tidak dapat digantikan oleh orang lain yang tidak menguasai ilmu pendidikan. Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan oleh guru agar menumbuhkan kepercayaan dari murid yang diajarnya.
Selain kepercayaan diri, guru juga harus berusaha tepat dalam mengambil keputusan. Dalam menentukan suatu keputusan, misalnya dalam menentukan naik tidaknya anak didik harus dipertimbangkan secara matang agar keputusan yang diambil benar-benar tepat. Guru yang tidak mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat akan dianggap tidak berwibawa di depan anak didiknya.
Setelah mampu mengambil keputusan yang tepat, seorang guru harus mampu bertanggung jawab terhadap perkataan, perintah, maupun perbuatan yang dilakukannya. Anak didik akan merasa tertarik dan hormat pada guru jika guru tersebut terbukti bertanggung jawab terhadap apa yang dikatakannya. Selain dalam hal konsistensi keputusan yang diambil, seorang guru harus bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya secara ideal. Hal tersebut dapat kita lihat dari besarnya rasa hormat anak pada guru yang rajin mengajar dengan guru yang terlalu sering meninggalkan tugas dan kewajibannya tidak akan pernah sama. Anak didik akan menghargai dan menuruti perintah guru yang rajin dan selalu bersemangat dalam mengajar.
Dengan adanya peningkatan kewibawaan seorang guru diharapkan akan muncul suasana pembelajaran yang harmonis dan kondusif sehingga hasil yang dicapai pun akan maksimal. Sudah selayaknya para guru menguasai dengan baik cara-cara menjaga wibawa di depan siswa. Dengan adanya kewibawaan dan kemampuan yang seimbang dalam diri guru, peningkatan kualitas pendidikan akan mengalami peningkatan yang signifikan.
(Penulis adalah Guru SDN 2 Sidaharja Lakbok, Ketua KKG Gugus IV Kecamatan Lakbok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar