Profil Manajer dan Pemimpin Pendidikan
Copy of AKHMAD SUDRAJAT
Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan pendidikan
nasional yang amat berat saat ini, mau tidak mau pendidikan harus dipegang oleh
para manajer dan pemimpin yang sanggup menghadapi berbagai tantangan dan
permasalahan yang ada, baik pada level makro maupun mikro di sekolah.
Merujuk pada pemikiran Rodney Overton (2002) tentang profil
manajer dan pemimpin yang dibutuhkan saat ini, berikut ini diuraikan secara
singkat tentang 20 profil manajer dan pemimpin pendidikan yang yang dibutuhkan
saat ini.
1. Mampu menginspirasi melalui antusiasme yang menular.
Pendidikan harus dikelola secara sungguh-sungguh, oleh
karena itu para manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat menunjukkan semangat
dan kesungguhan di dalam melaksanakan segenap tugas dan pekerjaanya. Semangat
dan kesungguhan dalam bekerja ini kemudian ditularkan kepada semua orang dalam
organisasi, sehingga mereka pun dapat bekerja dengan penuh semangat dan
besungguh-sungguh.
2. Memiliki standar etika dan integritas yang tinggi.
Penguasaan standar etika dan integritas yang tinggi oleh
para manajer atau pemimpin pendidikan tidak hanya terkait dengan kepentingan
kepemimpinan dalam organisasi, namun juga tidak lepas dari hakikat pendidikan
itu sendiri. Pendidikan adalah usaha untuk menciptakan manusia-manusia yang
memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan
sudah seharusnya dipegang oleh para manajer (pemimpin) yang memiliki standar
etika dan kejujuran yang tinggi, sehingga pada gilirannya semua orang dalam
organisasi dapat memiliki standar etika dan kejujuran yang tinggi.
3. Memiliki tingkat energi yang tinggi.
Mengurusi pendidikan sebenarnya bukanlah mengurusi hal-hal
yang sifatnya sederhana, karena didalamnya terkandung usaha untuk mempersiapkan
suatu generasi yang akan mengambil tongkat estafet kelangsungan suatu bangsa.di
masa yang akan datang. Kegagalan pendidikan adalah kegagalan kelanjutan suatu
generasi. Untuk mengurusi pendidikan dibutuhkan energi dan motivasi yang tinggi
dari para manajer dan pemimpin pendidikan. Pendidikan membutuhkan manajer
(pemimpin) yang memiliki ketabahan, daya tahan (endurance) dan pengorbanan yang
tinggi dalam mengelola pendidikan.
4. Memiliki keberanian dan komitmen
Saat ini pendidikan dihadapkan pada lingkungan yang selalu
berubah-ubah, yang menuntut keberanian dari para manajer (pemimpin) pendidikan
untuk melakukan perubahan-perubahan agar bisa beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang ada. Selain itu, pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang
memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya. Kehadirannya sebagai manajer
(pemimpin) benar-benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi
kemajuan organisasi, yang didasari rasa kecintaannya terhadap pendidikan.
5. Memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan bersikap
nonkonvensional.
Saat ini permasalahan dan tantangan yang dihadapi pendidikan
sangat kompleks, sehingga menuntut cara-cara penyelesaian yang tidak mungkin
hanya dilakukan melalui cara-cara konvensional. Manajer (pemimpin) pendidikan
yang memiliki kreativitas tinggi akan mendorong terjadinya berbagai inovasi dalam
praktik-praktik pendidikan, baik pada tataran manjerialnya itu sendiri maupun
inovasi dalam praktik pembelajaran siswa.
6. Berorientasi pada tujuan, namun realistis
Tujuan pendidikan berbeda dengan tujuan-tujuan dalam
bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, seorang manajer (pemimpin) pendidikan
harus memahami tujuan-tujuan pendidikan. Di bawah kepemimpinnanya, segenap
usaha organisasi harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen beserta seluruh substansinya. Pencapaian
tujuan pendidikan disusun secara realistis, dengan ekspektasi yang terjangkau
oleh organisasi, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.
7. Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi
Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan banyak
komponen, yang di dalamnya membutuhkan upaya pengorganisasian secara tepat dan
memadai. Bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, bagaimana
mengoptimalkan kurikulum dan pembelajaran, bagaimana mengoptimalkan sumber
dana, dan bagaimana mengoptimalkan lingkungan merupakan hal-hal penting dalam
pendidikan yang harus diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga menuntut
kemampuan khusus dari para manajer (pemimpin) pendidikan dalam
mengorganisasikannya.
8. Mampu menyusun prioritas
Begitu banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dalam
pendidikan sehingga menuntut para manajer (pemimpin) pendidikan untuk dapat
memilah dan memilih mana yang penting dan harus segera dilaksanakan dan mana
yang bisa ditunda atau mungkin diabaikan. Kemampuan manajer (pemimpin)
pendidikan dalam menyusun prioritas akan terkait dengan efektivitas dan
efisiensi pendidikan.
9. Mendorong kerja sama tim dan tidak mementingkan diri
sendiri, upaya yang terorganisasi.
Kegiatan dan masalah pendidikan yang sangat kompleks tidak
mungkin diselesaikan secara soliter dan parsial. Manajer (pemimpin) pendidikan
harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, baik yang berada dalam
lingkungan internal maupun eksternal. Demikian pula, manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat mendorong para bawahannya agar dapat bekerjasama dengan
membentuk team workyang kompak dan cerdas, sekaligus dapat meletakkan
kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.
10. Memiliki kepercayaan diri dan memiliki minat tinggi akan
pengetahuan.
Masalah dan tantangan pendidikan yang tidak sederhana,
menuntut para manajer (pemimpin) pendidikan dapat memiliki keyakinan diri yang
kuat. Dalam arti, dia meyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kesanggupan
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dia juga memiliki keyakinan bahwa
apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, sosial, moral
maupun intelektual. Keyakinan diri yang kuat bukan berarti dia lantas menjadi
seorang yang “over confidence”, mengarah pada sikap arogan dan menganggap sepele
orang lain.. Di samping itu, sudah sejak lama pendidikan dipandang sebagai
kegiatan intelektual. Oleh karena itu, seorang manajer (pemimpin) pendidikan
harus dapat menunjukkan intelektualitas yang tinggi, dengan memiliki minat yang
tinggi akan pengetahuan, baik pengetahuan tentang manajerial, pengetahuan
tentang perkembangan pendidikan bahkan pengetahuan umum lainnya.
11. Sesuai dan waspada secara mental maupun fisik.
Tugas dan pekerjaan manajerial pendidikan yang kompleks
membutuhkan kesiapan dan ketangguhan secara mental maupun fisik dari para
manajer pendidikan. Beban pekerjaan yang demikian berat dan diluar kapasitas
yang dimilikinya dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Agar dapat
menjalankan roda organisasi dengan baik, seseorang manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat menjaga dan memelihara kesehatan fisik dan mentalnya
secara prima. Selain itu, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat
memperhatikan kesehatan mental dan fisik dari seluruh anggota dalam
organisasinya.
12. Bersikap adil dan menghargai orang lain.
Dalam organisasi pendidikan melibatkan banyak orang yang
beragam karakteristiknya, dalam kepribadian, keyakinan, cara pandang,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sebagainya. Kesemuanya itu harus
dapat diperlakukan dan ditempatkan secara proporsional oleh manajer (pemimpin).
Manajer (pemimpin) pendidikan harus memandang dan menjadikan keragaman
karakteristik ini sebagai sebuah kekuatan dalam organisasi, bukan sebaliknya.
13. Menghargai kreativitas
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sentuhan
kreativitas dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya menajer
(pemimpin) yang dituntut untuk berfikir kreatif, tetapi semua orang dalam
organisasi harus ditumbuhkan kreativitasnya. Pemikiran kreatif biasanya berbeda
dengan cara-cara berfikir pada umumnya. Dalam hal ini, manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat mengakomodasi pemikiran-pemikiran kreatif dari setiap
orang dalam organisasi, yang mungkin saja pemikiran-pemikiran itu berbeda
dengan sudut pandang yang dimilikinya.
14. Menikmati pengambilan resiko.
Tatkala keputusan untuk berubah dan berinovasi telah diambil
dan segala resiko telah diperhitungkan secara cermat. Namun dalam
implementasinya, tidak mustahil muncul hal-hal yang berasa di luar dugaan sebelumnya,
maka dalam hal ini, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap menunjukkan
ketenangan, keyakinan dan berusaha mengendalikan resiko-resiko yang muncul.
Jika memang harus berhadapan dengan sebuah kegagalan, manajer (pemimpin)
pendidikan harus tetap dapat menunjukkan tanggung jawabnya, tanpa harus mencari
kambing hitam dari kegagalan tersebut. Selanjutnya, belajarlah dari pengalaman
kegagalan tersebut untuk perbaikan pada masa-masa yang akan datang.
15. Menyusun pertumbuhan jangka panjang
Kegiatan pendidikan bukanlah kegiatan sesaat, tetapi
memiliki dimensi waktu yang jauh ke depan. Seorang manajer (pemimpin)
pendidikan memang dituntut untuk membuktikan hasil-hasil kerja yang telah
dicapai pada masa kepemimpinannya, tetapi juga harus dapat memberikan landasan
yang kokoh bagi perkembangan organisasi, jauh ke depan setelah dia
menyelesaikan masa jabatannya. Kecenderungan untuk melakukan praktik “politik
bumi hangus” harus dihindari. Yang dimaksud dengan “politik bumi hangus” disini
adalah praktik kotor yang dilakukan manajer (pemimpin) pendidikan pada saat
menjelang akhir jabatannya, misalnya dengan cara menghabiskan anggaran di
tengah jalan, atau merubah struktur organisasi yang sengaja dapat menimbulkan
chaos dalam organisasi, sehingga mewariskan masalah-masalah baru bagi manajer
(pemimpin) yang menggantikannya.
16. Terbuka terhadap tantangan dan pertanyaan.
Menjadi manajer (pemimpin) pendidikan berarti dia akan
dihadapkan pada sejumlah tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi,
merentang dari yang sifatnya ringan hingga sangat berat sekali. Semua itu bukan
untuk dihindari atau ditunda-tunda tetapi untuk diselesaikan secara tuntas.
17. Tidak takut untuk menantang dan mempertanyakan.
Selain harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sudah
ada (current problems) secara tuntas, seorang manajer (pemimpin) pendidikan
harus memiliki keberanian untuk memunculkan tantangan dan permasalahan baru,
yang mencerminkan inovasi dalam organisasi. Dengan demikian, menjadi manajer
(pemimpin) pendidikan tidak hanya sekedar melaksanakan rutinitas dan standar
pekerjaan baku, tetapi memunculkan pula sesuatu yang inovatif untuk kemajuan
organisasi.
18. Mendorong pemahaman yang mendalam untuk banyak orang.
Kegiatan pendidikan menuntut setiap orang dalam organisasi
dapat memahami tujuan, isi dan strategi yang hendak dikembangkan dalam
organisasi. Manajer (pemimpin) pendidikan berkewajiban memastikan bahwa setiap
orang dalam organisasi dapat memahaminya secara jelas, sehingga setiap orang
dapat memamahi peran, tanggung jawab dan kontribusinya masing-masing dalam
organisasi. Selain itu, manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mengembangkan
setiap orang dalam organisasi untuk melakukan perbuatan belajar sehingga
organisasi pendidikan benar-benar menjadi sebuah learning organization.
19. Terbuka terhadap ide-ide dan pandangan baru.
Pandangan yang keliru jika pendidikan dipandang sebagai
sebuah kegiatan monoton dan rutinitas belaka. Pendidikan harus banyak
melahirkan berbagai inovasi yang tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan
pendidikan itu sendiri tetapi juga kepentingan di luar pendidikan. Untuk dapat
melahirkan inovasi, manajer (pemimpin) pendidikan harus terbuka dengan ide-ide
dan pandangan baru, baik yang datang dari internal maupun eksternal, terutama
ide dan pandangan yang bersumber dari para pengguna jasa (customer) pendidikan.
20. Mengakui kesalahan dan beradaptasi untuk berubah.
Asumsi yang mendasarinya adalah manajer (pemimpin)
pendidikan adalah manusia, yang tidak luput dari kesalahan. Jika melakukan suatu
kesalahan, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian
untuk mengakui kesalahannya tanpa harus mengorbankan pihak lain atau mencari
kambing hitam. Lakukan evaluasi dan perbaikilah kesalahan pada masa-masa yang
akan datang. Jika memang kesalahan yang dilakukannya sangat fatal, baik secara
moral, sosial, maupun yuridis atau justru dia terlalu sering melakukan
kesalahan mungkin yang terbaik adalah adanya kesadaran diri bahwa sesungguhnya
dia tidak cocok dengan tugas dan pekerjaan yang diembannnya, dan itulah pilihan
yang terbaik bagi dirinya dan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar