NAPAK TILAS
PESAN KI HAJAR DEWANTARA
(Sebuah Refleksi
Hardiknas 2013)
Oleh : Nanang
Heryanto, S.Pd.I
2 Mei merupakan salah satu hari besar
yang memiliki makna mendalam bagi seluruh komponen bangsa, khususnya di
kalangan pendidikan. Hari Pendidikan Nasional merupakan penghargaan terhadap
salah satu sosok pendidik sejati bangsa ini yaitu Ki Hadjar Dewantara. Namun
akan sia-sia jika peringatan Hardiknas ini hanya bersifat seremonial tanpa
memahami esensi yang terkandung dalam perjuangan dan idealisme seorang Ki Hajar
Dewantara.
Sosok Ki Hajar Dewantara yang terlahir
dengan nama R.M Suwardi Suryaningrat merupakan keturunan Keraton Yogyakarta.
Namun di usia 40 tahun beliau rela menanggalkan gelar kebangsawanannya agar
lebih dekat dengan rakyat jelata. Dari sisi ini kita bisa melihat betapa
kerendahan hati Ki Hajar Dewantara yang rela meninggalkan segala fasilitas
istimewa selaku “Darah Biru” demi memperjuangkan harapannya akan sebuah bangsa
yang terdidik. Hal seperti ini sepertinya semakin jarang kita temui pada masa
ini, yang justru lebih banyak yang mengagungkan segala atribut keistimewaannya
dengan melupakan kepentingan yang lebih besar.
Tak hanya sifat keteladanan tersebut
yang terus terkenang oleh putra bangsa ini, pesan beliau yang menjadi motto dan
semangat pendidikan bangsa kita pun akan tetap abadi dan relevan dengan
perubahan zaman. Tiga pesan beliau tersebut adalah “Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Sekedar mengingatkan kembali pandangan kita akan tiga pesan tersebut, kita
renungkan satu per satu pesan Ki Hajar Dewantara untuk merefleksikan tindakan
kita selama ini, sesuai atau belum dengan harapan Bapak Pendidikan bangsa ini.
Ing
Ngarso Sung Tulodo secara harfiah dimaknai
sebagai “Yang di depan memberikan teladan”. Pengertian yang di depan tentunya
bersifat universal kepada siapa saja yang berada di posisi “depan”, yaitu para
pemimpin dari berbagai segmen organisasi. Sudah sepantasnya memang jika para
pemimpin memberikan keteladanan kepada yang dipimpinnya. Akan sangat sulit
mencapai harapan sebuah organisasi atau lingkungan sosial yang teratur jika
pemimpin tidak memiliki sifat keteladanan bahkan tidak memiliki prakarsa sama
sekali untuk memberikan keteladanan. Karena sesungguhnya pemimpin yang baik
harus menjadi teladan dan idola bagi yang dipimpinnya. Sebagai umat Islam bisa
mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang menerapkan kepemimpinan berbasis
keteladanan.
Ing
Madyo Mangun Karso dapat diartikan secara sederhana sebagai “yang
di tengah memberikan bimbingan atau peluang untuk berprakarsa”. Pesan ini
ditujukan kepada pihak yang berada di antara pimpinan dan yang dipimpin agar
mampu memberikan bimbingan kepada siapa saja untuk selalu berprakarsa atau
memotivasi orang lain untuk maju. Motivator seperti ini sangat dibutuhkan
bangsa ini agar muncul generasi penerus yang selalu siap menjalankan roda
kehidupan suatu bangsa. Di dalam pesan kedua ini juga terselip makna jika kita
berada di tengah, sudah sewajibnya kita memberikan peluang kepada yang berada
di bawah untuk mengekspresikan kemampuannya untuk memajukan bangsa. Akan sangat
kontradiktif dengan harapan Ki Hajar, jika justru yang terjadi adalah saling
jegal dan pelemahan motivasi kepada generasi yang ingin maju.
Pesan ketiga Ki Hajar Dewantara dan yang
paling membekas dalam jiwa para pendidik adalah Tut Wuri Handayani yang memiliki arti “Di Belakang Memberikan
Dorongan” Diharapkan bagi para pendidik selaku pelaksana kebijakan pendidikan
selalu mengikuti dan mendorong kemajuan dunia pendidikan itu sendiri. Cara-cara
mendorong kemajuan pendidikan sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan
mengembalikan segala aktivitas pendidikan kepada tujuan awal Founding Father bangsa ini yaitu
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Jika semua pendidik dapat berperan sebagai
motivator yang selalu memberikan dorongan dari belakang untuk memajukan peserta
didiknya dengan segala kesadaran profesionalnya, maka kualitas bangsa kita
dengan sendirinya pun akan meningkat.
Harapan bangsa ini adalah ketiga pesan
Ki Hajar Dewantara tersebut dapat diterapkan dan kembali dikumandangkan di dada
setiap pendidik untuk mencapai tujuan bangsa. Semoga dengan memperingati Hari
Pendidikan Nasional ini kita dapat menanamkan kembali ketiga nilai filosofis
tersebut dalam aspek kehidupan ini. Maju terus pendidikan Indonesia !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar