Minggu, 28 April 2013

Refleksi Hardiknas 2013



NAPAK TILAS PESAN KI HAJAR DEWANTARA
(Sebuah Refleksi Hardiknas 2013)
Oleh : Nanang Heryanto, S.Pd.I

2 Mei merupakan salah satu hari besar yang memiliki makna mendalam bagi seluruh komponen bangsa, khususnya di kalangan pendidikan. Hari Pendidikan Nasional merupakan penghargaan terhadap salah satu sosok pendidik sejati bangsa ini yaitu Ki Hadjar Dewantara. Namun akan sia-sia jika peringatan Hardiknas ini hanya bersifat seremonial tanpa memahami esensi yang terkandung dalam perjuangan dan idealisme seorang Ki Hajar Dewantara.
Sosok Ki Hajar Dewantara yang terlahir dengan nama R.M Suwardi Suryaningrat merupakan keturunan Keraton Yogyakarta. Namun di usia 40 tahun beliau rela menanggalkan gelar kebangsawanannya agar lebih dekat dengan rakyat jelata. Dari sisi ini kita bisa melihat betapa kerendahan hati Ki Hajar Dewantara yang rela meninggalkan segala fasilitas istimewa selaku “Darah Biru” demi memperjuangkan harapannya akan sebuah bangsa yang terdidik. Hal seperti ini sepertinya semakin jarang kita temui pada masa ini, yang justru lebih banyak yang mengagungkan segala atribut keistimewaannya dengan melupakan kepentingan yang lebih besar.
Tak hanya sifat keteladanan tersebut yang terus terkenang oleh putra bangsa ini, pesan beliau yang menjadi motto dan semangat pendidikan bangsa kita pun akan tetap abadi dan relevan dengan perubahan zaman. Tiga pesan beliau tersebut adalah “Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Sekedar mengingatkan kembali pandangan kita akan tiga pesan tersebut, kita renungkan satu per satu pesan Ki Hajar Dewantara untuk merefleksikan tindakan kita selama ini, sesuai atau belum dengan harapan Bapak Pendidikan bangsa ini.
Ing Ngarso Sung Tulodo secara harfiah dimaknai sebagai “Yang di depan memberikan teladan”. Pengertian yang di depan tentunya bersifat universal kepada siapa saja yang berada di posisi “depan”, yaitu para pemimpin dari berbagai segmen organisasi. Sudah sepantasnya memang jika para pemimpin memberikan keteladanan kepada yang dipimpinnya. Akan sangat sulit mencapai harapan sebuah organisasi atau lingkungan sosial yang teratur jika pemimpin tidak memiliki sifat keteladanan bahkan tidak memiliki prakarsa sama sekali untuk memberikan keteladanan. Karena sesungguhnya pemimpin yang baik harus menjadi teladan dan idola bagi yang dipimpinnya. Sebagai umat Islam bisa mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang menerapkan kepemimpinan berbasis keteladanan.
Ing Madyo Mangun Karso  dapat diartikan secara sederhana sebagai “yang di tengah memberikan bimbingan atau peluang untuk berprakarsa”. Pesan ini ditujukan kepada pihak yang berada di antara pimpinan dan yang dipimpin agar mampu memberikan bimbingan kepada siapa saja untuk selalu berprakarsa atau memotivasi orang lain untuk maju. Motivator seperti ini sangat dibutuhkan bangsa ini agar muncul generasi penerus yang selalu siap menjalankan roda kehidupan suatu bangsa. Di dalam pesan kedua ini juga terselip makna jika kita berada di tengah, sudah sewajibnya kita memberikan peluang kepada yang berada di bawah untuk mengekspresikan kemampuannya untuk memajukan bangsa. Akan sangat kontradiktif dengan harapan Ki Hajar, jika justru yang terjadi adalah saling jegal dan pelemahan motivasi kepada generasi yang ingin maju.
Pesan ketiga Ki Hajar Dewantara dan yang paling membekas dalam jiwa para pendidik adalah Tut Wuri Handayani yang memiliki arti “Di Belakang Memberikan Dorongan” Diharapkan bagi para pendidik selaku pelaksana kebijakan pendidikan selalu mengikuti dan mendorong kemajuan dunia pendidikan itu sendiri. Cara-cara mendorong kemajuan pendidikan sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan mengembalikan segala aktivitas pendidikan kepada tujuan awal Founding Father bangsa ini yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Jika semua pendidik dapat berperan sebagai motivator yang selalu memberikan dorongan dari belakang untuk memajukan peserta didiknya dengan segala kesadaran profesionalnya, maka kualitas bangsa kita dengan sendirinya pun akan meningkat.
Harapan bangsa ini adalah ketiga pesan Ki Hajar Dewantara tersebut dapat diterapkan dan kembali dikumandangkan di dada setiap pendidik untuk mencapai tujuan bangsa. Semoga dengan memperingati Hari Pendidikan Nasional ini kita dapat menanamkan kembali ketiga nilai filosofis tersebut dalam aspek kehidupan ini. Maju terus pendidikan Indonesia !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar